Proposal
Skripsi
Judul :Integrasi Keilmuan Sebuah
diskursus epistemologi di UIN Alauddin Makassar
Nama
penulis : A. Hendra Dimansa
Jurusan : Aqidah Filsafat Prodi Filsafat Agama
Pergeseran rancang bangun epistemologi dalam pemikiran
membawa pengaruh besar di dalam dunia pemikiran islam. Akar sejarah munculnya
pemilahan-pemilahan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya berasal dari latar
belakang munculnya renaisance di barat, hal ini ditandai dengan pertentangan
antara pihak agamawan dengan pihak ilmuan yang menganggap bahwa antara agama
dan ilmu pengetahuan saling bertentangan. Puncak dari kekisruhan antara kaum
agamawan dengan kaum ilmuan melahirkan pandangan sekulerisme yang memisahkan
antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum. Akhirnya antara ilmu agama dan
ilmu pengetahuan umum saling berjalan sendiri-sendiri tanpa saling menyapa
antara satu sama lain. Untuk menjembatani pemisahan antara ilmu agama dengan
ilmu pengetahuan umum maka perlu upaya penyatuan antara keilmuan sekuler dengan
keilmuan islam mulai digencarkan kembali, meskipun wacana integrasi keilmuan
bukanlah sesuatu hal yang baru.
Fenomena integrasi keilmuan menjadi sebuah wacana yang
hangat diperbincangkan kala proses transformasi IAIN menjadi UIN yang merupakan
upaya untuk mencoba menjembatani pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum
atau terkadang disebut ilmu sekuler, pada dasarnya transformasi IAIN menjadi
UIN dapat diartikan sebagai upaya kampus-kampus islam yang berlebel agama untuk
membuka diri terhadap ilmu pengetahuan yang selama ini dianggap saling
terpisah. Secara sederhana integrasi keilmuan ini merupakan format wacana
menuju UIN yang dicita-citakan dan segaligus upaya membuka hubungan antara ilmu
agama dengan ilmu pengetahuan, untuk menunjukan sebuah kekhususan dari
universitas-universitas islam.
Ada banyak tokoh-tokoh yang mencoba menjawab mengenai
persoalan-persoalan integrasi keilmuan dalam proses transformasi IAIN menjadi
UIN dalam skala nasional misalnya nama M. Amin Abdullah yang cukup populer
menyuarakan gagasan integrasi keilmuan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Prof. Dr. Mulyadi Kartanegara dan banyak lagi tokoh-tokoh lain yang berasal
dari UIN yang mencoba menawarkan gagasan untuk membangun integrasi keilmuan.
Wacana integrasi keilmuan sebagaimana yang juga terjadi
di UIN Alauddin Makassar sebagai bias dari transformasi IAIN menjadi UIN
melahirkan berbagai upaya-upaya untuk menjembatani pemisahan ilmu agama dengan
ilmu umum, sehingga pada masa rektor Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A UIN Alauddin
Makassar mencoba memberikan solusi integrasi dengan menghadirkan dosen agama
pada fakultas umum sehingga pola semacam ini sebetulnya tidaklah efektiv
pertama sebab dengan menghadirkan dosen agama pada fakultas umum tidaklah
menyelesaikan masalah integrasi keilmuan dengan menyederhanakan persoalan hanya
pada tahap mencarikan sinkronisasi antara ayat-ayat yang berkaitan dengan
fakultas umum yang terkait. Sehingga menjadi sebuah masalah sebab apakah semua
persoalan-persoalan ilmu umum memiliki landasan ayat dalam Al-Quran ? ini
menjadi sebuah soal tersendiri apabila wacana integrasi keilmuan hanya dimaknai
sebagai upaya fakultas umum untuk mencarikan ayat legitimasi bahwa antara ilmu
umum dengan ilmu agama memiliki keterkaitan.
Integrasi keilmuan hendaknya meramu berbagai aspek untuk
melahirkan hubungan yang tidak lagi membuat jurang pemisah antara ilmu agama
dengan ilmu pengetahuan umum, sebagaimana yang terjadi selama ini dilapangan
bahwa integrasi keilmuan yang terjadi dengan memberikan lebel ayat pada skipris
mapun karya-karya tulis lainnya itu bisa menimbulkan sebuah polemik baru apakah
ayat hanya menjadi pembenar dari objek kajian tertentu ? sehingga pernyataan
selanjutnya apakah ayat menjadi indikator objektiv dalam setiap penelitian?.
Pernyaan-pernyataan seperti ini tentu menjadi sebuah indikator bahwa belum
adanya kejelasan lebih jauh mengenai model integrasi yang diterapkan di UIN
Alauddin Makassar, tentu memberikan dampak tersendiri sebab wacana integrasi
selama ini yang beredar hanya menempatkan ayat tanpa mendalami lebih jauh
urgensi dari ayat tersebut.
Ada sebuah contoh yang terjadi di UIN Alauddin Makassar
yang mencoba menerapkan integrasi keilmuan dengan model pasang ayat, menurut
pengakuan seorang mahasiswa yang mengambil konsen ilmu politik dan ketika
mengajukan judul skripsi di jurusan ilmu politik maka dosen pembimbingnya
mengarahkan untuk mencarikan ayat yang memiliki kaitan dengan skripsi yang
berfokus pada masalah pemekaran wilayah dan sejauh mana mampu mempengaruhi
kesejahtraan warga, kasus ini setidaknya menjadi sebuah catatan tersendiri
apakah dengan memasang ayat pada skripsi mampu berkorelasi positif pada tingkat
objektivitas suatu skripsi ?. Apabila
model integrasi semacam ini diterapkan pada dasarnya memiliki konsekuensi yang
harus diterima secara terbuka yakni ketika legitimasi ayat yang menjadi
landasan atau penguat suatu penelitian namun hasil dari penelitian itu misalnya
berbeda dengan landasan ayat, apabila terjadi kasus semacam itu apakah
penelitian tersebut dapat diterima atau malah penelitian itu ditolak sebab
bertentangan hasil akhirnya dengan ayat.
Diskursus integrasi keilmuan di UIN Alauddin Makassar
masih belum memiliki pijakan yang pasti dalam artian integrasi itu belum bisa
difungsikan dalam menjawab tantangan-tantangan yang terjadi. Yang patut pula
dicermati misalnya apabila integrasi itu diartikan dengan memberikan legitimasi
ayat tetapi bagaimana hubungan timbal baliknya sebab kalau di fakultas umum
diharapkan memberikan nuansa ayat, kemudian pada fakultas agama apakah perlu
juga memberikan nuansa pengetahuan umum ? singkatnya apabila integrasi masih
berkutat pada ayat mana yang cocok maka padasarnya itu bukanlah integrasi.
Sebab apabila integrasi hanya dimaknai pada tataran itu maka pada dasarnya
tanpa wacana integrasi pun manusia sering pula berinteraksi pada sumber-sumber
ayat dan pada kesadaran tertentu pula misalnya ayat memberikan inspirasi dalam
penelitiannya atau skripsi, tetapi penelitian atau skripsinya tidak menempelkan
ayat tetapi substansi dari kelahiran skripsi itu terilhami dari ayat, apakah
contoh semacam ini dinafikan sebagai suatu peristiwa yang berada diluar wacana
integrasi ?. Sehingga apabila kasus semacam ini terjadi menimbulkan dua problem
yakni pertama apakah yang dimaksud integrasi dengan memasang atau substansi
dari ayat itu yang menjadi landasan nilai etika tingkah lakunya.
Untuk membangun integrasi keilmuan di UIN Alauddin maka
sangat perlu dilakukan langkah utama dengan memaknai atau membangun landasan
epitemologi dalam ranah integrasi keilmuan, sebab persoalan yang muncul
kemudian banyak kasus yang masih salah kapra dalam integrasi keilmuan,
perbedaan pandangan mengenai apakah perlu pasang ayat atau tidak ? ini menjadi
petanda bahwa bangunan epistemologi integrasi keilmuan di UIN Alauddin Makassar
masih pada tahap proses perkembangan.
B. Fokus dan Dekripsi
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini terletak pada diskursus
epistemologis untuk membangun kerangka integrasi keilmuan, sebab dengan
membangun landasan epistemologi yang jelas maka basis integrasi akan menemukan
bentuk bukan sekedar pasang ayat. Langkah ini dirasa sangat perlu menginagt
wacana integrasi keilmuan menjadi suatu wacana yang masih hangat
diperbincangkan skala UIN Alauddin Makassar, untuk saling menyapa antara
fakultas agama dengan fakultas umum.
Basis epistemologi dapat dibangun dari beberapa opsi yang
tentu sejak dulu dalam dunia pemikiran islam menjadi suatu landasan yang tentu
menarik untuk dielaborasi lebih jauh dengan paradigma modern. Tiga landasan
epistemologi islami masa lalu yakni bayani, burhani dan irfani yang oleh para
ilmuan muslim menjadi kerangka dasar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Epistemologi ini bisa menjadi salah satu opsi untuk membangun kerangka
integrasi keilmuan dan tentu mengkoparasikan dengan berbagai metode untuk
memperkaya khazanah epistemologi integrasi keilmuan di UIN Alauddin Makassar.
Menyadari begitu pentingnya landasan epistemologi yang
jelas dalam menjawab tantangan integrasi yang selama ini berjalan seolah perkara
integrasi hanya selesai dengan pasang ayat, mengingat antara disiplin ilmu
agama dan ilmu umum memiliki kekhasan masing-masing dalam hal bangun
epistemologinya, maka mengkoparasikan dan mempertemukan basis epistemologi
menjadi suatu langkah yang sangat diperlukan guna terwujudnya bangun
epistemologi yang memadai. Sebab perkara integrasi di kampus UIN lainnya tampak
sudah ada basis epistemologi yang menjadi jalan tengah untuk menghubungkan
antara ilmu umum dan ilmu agama dengan berbagai istilah seperti interkoneksitas
dan tentu UIN Alauddin Makassar perlu mengejar ketertinggalan tersebut melihat
begitu pentingnya landasan epistemologi dalam bangun integrasi keilmuan.
C.
Rumusan Masalah
Berdasar latar
belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka ada beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan wacana integrasi
keilmuan di UIN Alauddin Makassar ?
2.
Bagaimana konsep epistemologi integrasi
keilmuan di UIN Alauddin Makassar ?
3.
Bagaimanan relevansi dan implementasi
epistemologi dalam menjawab tantangan integrasi keilmuan di UIN Alauddin
Makassar ?
D.
Tujuan Penelitian
Dengan rumusan
masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
mencapai tujuan yakni sebagai berikut:
1.
Memahami wacana integrasi keilmuan dan
konsep epistemologi di UIN Alauddin
Makassar.
2.
Memahami epistemologi secara praktik
fungsional, relevansi dan implementasinya di UIN Alauddin Makassar.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian integrasi keilmuan di UIN
Alauddin Makassar ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat
akademis
Diharapkan
dengan hasil penelitian integrasi keilmuan di UIN Alauddin Makassar memberikan
kontribusi kepada civitas akademika, sebab integrasi keilmuan menjadi isu yang
begitu hangat diperbincangkan segaligus tulisan ini merupakan suatu sumbangsi
secara akademik untuk mendorong lahirnya penelitian-penelitian serupa guna
memperkaya khazanah intelektual di UIN Alauddin Makassar. Mengingat begitu
pentingnya pengembangan integrasi keilmuan di UIN Alauddin Makassar, segaligus
secara ambisius penulis berharap penelitian ini dapat menjadi inspirasi
lahirnya diskursus epistemologi yang khas UIN Alauddin Makassar.
2.
Manfaat
praktis
Memperoleh
pengetahuan tentang integrasi keilmuan di UIN Alauddin Makassar, melihat sejauh
mana perkembangan wacana integrasi keilmuan dan model integrasi keilmuan di UIN
Alauddin Makassar, segaligus secara praktik mampu memberikan pandangan atau
perspektif dalam melihat sejauh mana relevansi dan implementasi integrasi
keilmuan dalam menjawab berbagai tantangan antara basis epistemologi ilmu agama
dan ilmu umum. Dengan demikian memberikan pemahaman lebih jauh tentang
integrasi keilmuan.
F. Tinjauan
Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini
terlebih dahulu penulus melakukan tinjauan pustaka untuk menopang penelitian
lebih lanjut, hal ini tidak terlepas dari objek formal dan objek materil
penelitian ini. Sejauh pengamatan penulis ada beberapa rujukan yang sangat
signifikan untuk menjadi rujukan dan pengembangan penelitian ini sebagai
berikut: 1.Paradigma sains integratif Al farabi yang di tulis oleh Dr. Humaidi
2.konsep ilmu
menurut Al Ghazali yang di tulis oleh Bahri M. Ghazali
3.Pengantar
filsafat islam yang di tulis oleh M. Dedi Supriadi
4.Paradigma
Islam yang di tulis oleh Kuntowijoyo
5.Relasi agama
dan teori sosial kontemporer yang di tulis oleh Bryan S.Turner
Dengan pertimbangan bahwa
tersedianya sumber rujukan pustaka yang cukup memadai menjadi pertimbangan
tersendiri oleh penulis untuk melanjutkan penelitian tersebut, mengingat begitu
pentingnya integrasi keilmuan untuk mendapatkan tempat dalam pengembangan lebih
jauh lagi mengenai diskursus epistemologi sebagai kerangka dasar integrasi
keilmuan.
G. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini maka penulis
menempuh beberapa langkah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini ada dua
teknik yang digunakan oleh penelitian diantaranya sebagai berikut:
A.
Dokumentasi
teknik ini ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah menjadi
sumber-sumber yang telah terdokumentasi. Oleh sebab itu maka teknik ini sangat
penting sebagai bahan data disamping untuk menunjang kelengkapan bahan dalam
penelitian.
B.
Wawancara
atau teknik interview dengan melakukan proses tanya jawab untuk memperoleh
informasi-informasi terkait dengan penelitian yang sedang berlangsung. Hal, ini
menjadi suatu teknik penting sebab akan memberikan gambaran secara langsung
dengan orang-orang yang memang sangat terkait dengan penelitian dan orang yang
diwawancarai memiliki kualifikasi keilmuan terkait dengan penelitian.
2.
Analisis data
Pada tahap selanjutnya dengan
melakukan analis data dari beberapa data yang terkumpul yang selanjutnya
dilakukan proses analisis, ada beberapa teknik sebagai berikut:
A.
Deskriptif
dengan memberikan gambaran dan tafsiran tentang data-data yang telah terkumpul.
B.
Interpretasi
teknik ini dimaksudkan untuk memahami lebih jauh data-data yang telah
terkumpul, untuk memahami sejauh mana korelasi antara berbagai data yang telah
terkumpul.
C.
Analisis
setelah melakukan deskriptif terhadap istilah-istilah yang ada maka diperlukan
analisis lebih dalam untuk memahami konseptual yang terdapat dalam data-data
segaligus sebagai upaya pendalaman mengenai hubungan yang saling terkait yang
terdapat pada data tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar