AGAMA
SEBAGAI OBJEK KAJIAN FILSAFAT
OLEH
A.HENDRA
DIMANSA
Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai agama sebagai
objek kajian filsafat agama terlebih dahulu kita perlu memahami filsafat
sebagai sebuah upaya untuk mengkajih sesuatu yang ada dan mungkin ada, sehingga
pada dasarnya secara tidak langsung filsafat itu pada dasarnya mengkajih juga
hal-hal yang berkaitan tentang agama utamanya menyangkut soal tuhan. Pembahasan
mengenai tuhan dalam filsafat itu erat hubungannya tentang metafisika yang
berarti dibalik yang nyata, disinilah hubungan pertalian antara filsafat dengan
agama yang mengkajih soal tuhan cuman bedanya agama dengan filsafat adalah pada
wilayah capaian tingkatan pengkajian kalau agama cenderung kepada doktrinal
yang bersifat ketat tetapi filsafat belum ada kata final dalam kajiannya,
sehingga pencarian kebenaran dalam filsafat bersifat dinamis.
Perlu juga kita pahami agama sebagai suatu sistem
keyakinan/kepercayaan kepada tuhan yang dipahami atau dianut oleh golongan
agamawan dengan selalu melakukan intraksi dengan tuhan melalui ritus ibadah.
Pokoknya membahas persoalan agama adalah menyangkut mengenai intraksi dengan
tuhan, manusia dan hubungan manusia dengan tuhan. Apabila kita membahas
mengenai tuhan dan hubungan manusia dengan-nya merupakan aspek metafisika,
sedangkan manusia sebagai mahluk. Dengan demikian filsafat membahas agama dari
segi metafisika dan fisika.
Kalau ditinjau dari segi objek material filsafat agama
objeknya berdimensi metafisika dan fisika. Sedangkan ditinjau dari objek
formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, rasional, objektif, bebas dan
radikal tentang pokok-pokok agama. Oleh karena itu membahas filsafat agama
perlu ditekankan pada segi objektifitas, kendati tidak dinafikan sama sekali
masuknya unsur objektifitas tadi. Namun, dari pembahasan dasar agama yang
bersifat umum di usahakan seobjektif mungkin. Berfikir secara bebas dalam
membahas dasar-dasar agama data mengambil dua bentuk yaitu:
a. Membahas dasar-dasar
agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran dan tanpa ada
tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama;
b. Membahas dasar-dasar
agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan kebenaran
ajaran-ajaran agama atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang
diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika. Dalam pembahasan semacam ini
seseorang masih terikat pada ajaran agama.
Pengertian filsafat agama diperoleh oleh dari gabungan
keduanya yaitu sebagai usaha membahas tentang unsur-unsur pokok agama secara
mendalam, rasional, menyeluruh, sistematis, logis dan bebas . filsafat agama mengembangkan logika,
teori pengetahuan dan metafisika agama. Filsafat agama dapat dijalankan oleh
orang-orang beragama sendiri yang ingin memahami dengan lebih mendalam arti,
makna dan segi-segi hakiki agama-agama. Masalah-masalah yang dipertanyakan
antara lain: hubungan antara Allah, dunia dan manusia, antara akal budi dan
wahyu, pengetahuan dan iman, baik dan jahat, sosok pengalaman yang kudus dan
yang syaithoni, apriori religius, faham-faham seperti mitos dan lambang, dan
akhirnya cara-cara untuk membuktikan kerasionalan iman.
Ada juga filsafat agama yang reduktif (mau mengembalikan
agama kepada salah satu kebutuhan manusia dengan menghilangkan unsur
transenden), kritis (mau menunjukkan agama sebagai bentuk penyelewengan dan
kemunduran) dan anti agama (mau menunjukkan bahwa agama adalah tipuan belaka).
Reduktif misalnya filsafat immanuel kant (salah seorang filosof terbesar zaman modern, penganut protestan
yang taat) yang mau mengembalikan peran agama sebagai penunjang moralitas
manusia. Reduktif-kritis adalah teori emil durkheim yang melihat agama sebagai
jaminan kekokohan kesatuan sebuah masyarakat. Kritis-reduktif dan anti agama
seperti feurbach yang mereduksikan agama pada usaha keliru manusia untuk
merealisasikan diri, marx meliht agama sebagai pelarian orang tertindas dan
frued yang memahami agama sebagai gejala psikologi dan william james mengatakan
orang beragama itu adalah orang-orang yang the sick soul. Namun disatu sisi
filsafat dapat membuka mata manusia akan kenyataan, keluhuran dan keunikan
gejala agama (berlawanan dengan segala teori reduktif).
Anselm dalam risalah filsafatnya yang berjudul
“proslogion”, mengungkapkan sebuah kalimat yang begitu menarik yang berbunyi:
saya beriman supaya bisa mengetahui, apabila kalimat ini kita balik akan
menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tidak dapat mengetahui. Dia
memahami agama sebagai sumber motivasi untuk menyelami muara pengetahuan. Bukan
cuman itu dalam dunia islam salah seorang tokoh mengungkapkan bahwa: syariat
(baca agama) adalah filsafat mayor dan filosof hakiki adalah orang yang
mengamalkan ajaran-ajaran syariat, dia juga yakin bahwa filsafat merupakan ilmu
dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan
(ungkapan abu yazid balkhi seorang filosof & teolog).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar