Jumat, 27 November 2015

agama sebagai objek kajian filsafat

AGAMA SEBAGAI OBJEK KAJIAN FILSAFAT
OLEH
A.HENDRA DIMANSA 
            Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai agama sebagai objek kajian filsafat agama terlebih dahulu kita perlu memahami filsafat sebagai sebuah upaya untuk mengkajih sesuatu yang ada dan mungkin ada, sehingga pada dasarnya secara tidak langsung filsafat itu pada dasarnya mengkajih juga hal-hal yang berkaitan tentang agama utamanya menyangkut soal tuhan. Pembahasan mengenai tuhan dalam filsafat itu erat hubungannya tentang metafisika yang berarti dibalik yang nyata, disinilah hubungan pertalian antara filsafat dengan agama yang mengkajih soal tuhan cuman bedanya agama dengan filsafat adalah pada wilayah capaian tingkatan pengkajian kalau agama cenderung kepada doktrinal yang bersifat ketat tetapi filsafat belum ada kata final dalam kajiannya, sehingga pencarian kebenaran dalam filsafat bersifat dinamis.
            Perlu juga kita pahami agama sebagai suatu sistem keyakinan/kepercayaan kepada tuhan yang dipahami atau dianut oleh golongan agamawan dengan selalu melakukan intraksi dengan tuhan melalui ritus ibadah. Pokoknya membahas persoalan agama adalah menyangkut mengenai intraksi dengan tuhan, manusia dan hubungan manusia dengan tuhan. Apabila kita membahas mengenai tuhan dan hubungan manusia dengan-nya merupakan aspek metafisika, sedangkan manusia sebagai mahluk. Dengan demikian filsafat membahas agama dari segi metafisika dan fisika.
            Kalau ditinjau dari segi objek material filsafat agama objeknya berdimensi metafisika dan fisika. Sedangkan ditinjau dari objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, rasional, objektif, bebas dan radikal tentang pokok-pokok agama. Oleh karena itu membahas filsafat agama perlu ditekankan pada segi objektifitas, kendati tidak dinafikan sama sekali masuknya unsur objektifitas tadi. Namun, dari pembahasan dasar agama yang bersifat umum di usahakan seobjektif mungkin. Berfikir secara bebas dalam membahas dasar-dasar agama data mengambil dua bentuk yaitu:
a. Membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama;
b. Membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agama atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika. Dalam pembahasan semacam ini seseorang masih terikat pada ajaran agama.
            Pengertian filsafat agama diperoleh oleh dari gabungan keduanya yaitu sebagai usaha membahas tentang unsur-unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh, sistematis, logis dan bebas        . filsafat agama mengembangkan logika, teori pengetahuan dan metafisika agama. Filsafat agama dapat dijalankan oleh orang-orang beragama sendiri yang ingin memahami dengan lebih mendalam arti, makna dan segi-segi hakiki agama-agama. Masalah-masalah yang dipertanyakan antara lain: hubungan antara Allah, dunia dan manusia, antara akal budi dan wahyu, pengetahuan dan iman, baik dan jahat, sosok pengalaman yang kudus dan yang syaithoni, apriori religius, faham-faham seperti mitos dan lambang, dan akhirnya cara-cara untuk membuktikan kerasionalan iman.

            Ada juga filsafat agama yang reduktif (mau mengembalikan agama kepada salah satu kebutuhan manusia dengan menghilangkan unsur transenden), kritis (mau menunjukkan agama sebagai bentuk penyelewengan dan kemunduran) dan anti agama (mau menunjukkan bahwa agama adalah tipuan belaka). Reduktif misalnya filsafat immanuel kant (salah seorang filosof  terbesar zaman modern, penganut protestan yang taat) yang mau mengembalikan peran agama sebagai penunjang moralitas manusia. Reduktif-kritis adalah teori emil durkheim yang melihat agama sebagai jaminan kekokohan kesatuan sebuah masyarakat. Kritis-reduktif dan anti agama seperti feurbach yang mereduksikan agama pada usaha keliru manusia untuk merealisasikan diri, marx meliht agama sebagai pelarian orang tertindas dan frued yang memahami agama sebagai gejala psikologi dan william james mengatakan orang beragama itu adalah orang-orang yang the sick soul. Namun disatu sisi filsafat dapat membuka mata manusia akan kenyataan, keluhuran dan keunikan gejala agama (berlawanan dengan segala teori reduktif).

            Anselm dalam risalah filsafatnya yang berjudul “proslogion”, mengungkapkan sebuah kalimat yang begitu menarik yang berbunyi: saya beriman supaya bisa mengetahui, apabila kalimat ini kita balik akan menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tidak dapat mengetahui. Dia memahami agama sebagai sumber motivasi untuk menyelami muara pengetahuan. Bukan cuman itu dalam dunia islam salah seorang tokoh mengungkapkan bahwa: syariat (baca agama) adalah filsafat mayor dan filosof hakiki adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat, dia juga yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan (ungkapan abu yazid balkhi seorang filosof & teolog).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar