BUDAYA
MATTENNUNG SEBAGAI SIMBOL PEMBERDAYAAN PREMPUAN
Ada banyak budaya Bugis-Makassar
yang mungkin telah hilang ditelan zaman, salah satunya adalah budaya mattennung
padahal seyogiyanya generasi muda dapat menghidupkan budaya ini sebab budaya
mattennung sarat dengan nilai-nilai filosofi kehidupan, utamanya menyangkut
pemberdayaan prempuan. Bukankah di era modern ini kita menyuarakan tentang
pemberdayaan prempuan dan bahkan saking pentingnya hal tersebut sampai-sampai
pemerintah membentuk kementrian pemberdayaan prempuan. Sehingga secara filosofi
prempuan sangat dihargai dengan memberikan panggung untuk diperhatikan dan
diberdayakan.
Kalau kita melihat budaya
mattennung dalam ranah atau dengan perspektif pemberdayaan prempuan maka
sesungguhnya, secara filosofi nilai budaya dengan mattennung dapat dikatakan
bahwa perempuan sangat diberdayakan dan diberikan ruang untuk berkreasi dengan
mengasah kesabaran sehingga bisa menyusun benang helai demi helai sampai
membentuk sebuah sarung. Dari sini kita bisa melihat bahwa budaya mattennung
merupakan simbol pemberdayaan prempuan dengan memberikan peran untuk
menciptakan sarung, bisa kita melihat bahwa makna sarung bagi orang Bugis-Makassar
begitu urgen sebab sarung digunakan untuk menutup tubuh atau simbol untuk
menjaga harga diri. Sehingga dari sudut pandang itu kita bisa melihat betapa
pentingnya prempuan dalam keluarga sebab dia merupakan simbol penjaga harga
diri atau siri dalam keluarga, makanya itu prempuan bagi orang Bugis-Makassar
sangat terhormat sebab itu menjaga kehormatan seorang prempuan dalam keluarga
begitu berharga.
Hal ini bisa kita bandingkan
dengan semangat emansipasi wanita dengan memberikan kebebasan kepada wanita
untuk beraktifitas di luar rumah, apakah hal ini bertentangan dengan filosofi
mattennung yang hanya memberikan kebebasan kepada prempuan beraktifitas dalam
rumah, ini bisa kita pahami secara filosofis bahwa makna mattennung tidak
sesempit itu yang kita pahami yang hanya memberikan kebebasan kepada prempuan
beraktifitas di dalam rumah. Sebab hal yang berbeda bisa kita lihat bahwa bukan
beraktifitas di dalam atau diluar rumah yang menjadi masalah tetapi bagaimana
nilai budaya matennung sebagai simbol pemberdayaan prempuan dapat dipahami
filosofinya. Pertama kita harus melihat bahwa mattennung memberikan ruang bagi
prempuan untuk berkreasi, kemudian yang kedua dari mattennung itu menghasilkan
sarung sebagai simbol penutup tubuh atau simbol penjaga siri dan ketiga dari
sini menempatkan prempuan begitu penting bagi keluarga sehingga harus dijaga
kehormatannya, sehingga bukan soal apakah prempuan beraktifitas di dalam atau
diluar rumah ?, tetapi apakah prempuan tetap bisa menjaga kehormatan keluarga
selama beraktifitas sebab prempuan begitu penting posisinya dalam keluarga.
Sehingga prinsip emansipasi atau
pemberdayaan prempuan tidaklah bertentangan dengan budaya mattennung, justru
pada budaya mattennung menekankan pentingnya prempuan yang kreatif tetapi pada
sisi lain ini kemudian menjadi tantangan bagi prempuan bisakah dia menjagah
kehormatan keluarga ketika berada diluar rumah, sebab dalam budaya
Bugis-Makassar prempuan adalah simbol kehormatan keluarga. Justru ini yang kita
butuhkan bagaimana memadukan antara semangat emansipasi atau pemberdayaan
prempuan dengan budaya mattennung sehingga semangat pemberdayaan tidak kosong
dari nilai-nilai budaya, sehingga semangat emansipasi akan membawah
prempuan-prempuan kearah yang blebih sarat akan makna sebuah budaya yang telah
mengakar dan dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai budaya akan lebih
membuat prempuan-prempuan lebih mengakar pada nilai hidup kebudayaan kita.
Sehingga identitas kebudayaan kita tetap lestari walau kita berada pada era
globalisasi, namun semangat kita tetap berlandaskan pada filosofi hidup yang
sarat akan makna kebudayaan dan membuat semangat tetap menyatu dengan
sikap-sikap yang teguh memegang budaya.
Jadi, memahami emansipasi atau
pemberdayaan prempuan dari sudut pandang budaya mattennung sebagai simbol
pemberdayaan prempuan menjadikan semangat prempuan-prempuan lebih bermakna
budaya dalam lakon gerak kehidupan yang mereka jalani sebab prempuan adalah
simbol kehormatan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar