Senin, 09 November 2015

BUDAYA MATTENNUNG SEBAGAI SIMBOL PEMBERDAYAAN PREMPUAN


BUDAYA MATTENNUNG SEBAGAI SIMBOL PEMBERDAYAAN PREMPUAN
                Ada banyak budaya Bugis-Makassar yang mungkin telah hilang ditelan zaman, salah satunya adalah budaya mattennung padahal seyogiyanya generasi muda dapat menghidupkan budaya ini sebab budaya mattennung sarat dengan nilai-nilai filosofi kehidupan, utamanya menyangkut pemberdayaan prempuan. Bukankah di era modern ini kita menyuarakan tentang pemberdayaan prempuan dan bahkan saking pentingnya hal tersebut sampai-sampai pemerintah membentuk kementrian pemberdayaan prempuan. Sehingga secara filosofi prempuan sangat dihargai dengan memberikan panggung untuk diperhatikan dan diberdayakan.
                Kalau kita melihat budaya mattennung dalam ranah atau dengan perspektif pemberdayaan prempuan maka sesungguhnya, secara filosofi nilai budaya dengan mattennung dapat dikatakan bahwa perempuan sangat diberdayakan dan diberikan ruang untuk berkreasi dengan mengasah kesabaran sehingga bisa menyusun benang helai demi helai sampai membentuk sebuah sarung. Dari sini kita bisa melihat bahwa budaya mattennung merupakan simbol pemberdayaan prempuan dengan memberikan peran untuk menciptakan sarung, bisa kita melihat bahwa makna sarung bagi orang Bugis-Makassar begitu urgen sebab sarung digunakan untuk menutup tubuh atau simbol untuk menjaga harga diri. Sehingga dari sudut pandang itu kita bisa melihat betapa pentingnya prempuan dalam keluarga sebab dia merupakan simbol penjaga harga diri atau siri dalam keluarga, makanya itu prempuan bagi orang Bugis-Makassar sangat terhormat sebab itu menjaga kehormatan seorang prempuan dalam keluarga begitu berharga.
                Hal ini bisa kita bandingkan dengan semangat emansipasi wanita dengan memberikan kebebasan kepada wanita untuk beraktifitas di luar rumah, apakah hal ini bertentangan dengan filosofi mattennung yang hanya memberikan kebebasan kepada prempuan beraktifitas dalam rumah, ini bisa kita pahami secara filosofis bahwa makna mattennung tidak sesempit itu yang kita pahami yang hanya memberikan kebebasan kepada prempuan beraktifitas di dalam rumah. Sebab hal yang berbeda bisa kita lihat bahwa bukan beraktifitas di dalam atau diluar rumah yang menjadi masalah tetapi bagaimana nilai budaya matennung sebagai simbol pemberdayaan prempuan dapat dipahami filosofinya. Pertama kita harus melihat bahwa mattennung memberikan ruang bagi prempuan untuk berkreasi, kemudian yang kedua dari mattennung itu menghasilkan sarung sebagai simbol penutup tubuh atau simbol penjaga siri dan ketiga dari sini menempatkan prempuan begitu penting bagi keluarga sehingga harus dijaga kehormatannya, sehingga bukan soal apakah prempuan beraktifitas di dalam atau diluar rumah ?, tetapi apakah prempuan tetap bisa menjaga kehormatan keluarga selama beraktifitas sebab prempuan begitu penting posisinya dalam keluarga.
                Sehingga prinsip emansipasi atau pemberdayaan prempuan tidaklah bertentangan dengan budaya mattennung, justru pada budaya mattennung menekankan pentingnya prempuan yang kreatif tetapi pada sisi lain ini kemudian menjadi tantangan bagi prempuan bisakah dia menjagah kehormatan keluarga ketika berada diluar rumah, sebab dalam budaya Bugis-Makassar prempuan adalah simbol kehormatan keluarga. Justru ini yang kita butuhkan bagaimana memadukan antara semangat emansipasi atau pemberdayaan prempuan dengan budaya mattennung sehingga semangat pemberdayaan tidak kosong dari nilai-nilai budaya, sehingga semangat emansipasi akan membawah prempuan-prempuan kearah yang blebih sarat akan makna sebuah budaya yang telah mengakar dan dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai budaya akan lebih membuat prempuan-prempuan lebih mengakar pada nilai hidup kebudayaan kita. Sehingga identitas kebudayaan kita tetap lestari walau kita berada pada era globalisasi, namun semangat kita tetap berlandaskan pada filosofi hidup yang sarat akan makna kebudayaan dan membuat semangat tetap menyatu dengan sikap-sikap yang teguh memegang budaya.
                Jadi, memahami emansipasi atau pemberdayaan prempuan dari sudut pandang budaya mattennung sebagai simbol pemberdayaan prempuan menjadikan semangat prempuan-prempuan lebih bermakna budaya dalam lakon gerak kehidupan yang mereka jalani sebab prempuan adalah simbol kehormatan keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar