ASAL
USUL NAMA BATU LOTONG
Ada sebuah pernyataan bahwa apalah arti sebuah nama ?
mungkin dapat dibayangkan apabila di dunia ini tidak ada nama maka tak ada
identitas pembeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga begitu berartinya
sebuah nama sebagai unsur petanda yang membedakan baik dari segi petanda
geopolitik maupun sebagai identitas suatu wilayah. Hal ini begitu menarik sebab
penamaan punya hubungan erat dengan geopolitik, seperti halnya nama Indonesia
yang menjadi sebuah identitas secara imajiner dan tentu lahir dari sebuah
kesadaran politik tentang sebuah rasa senasib maupun sepenanggungan.
Indonesia mungkin hanya sebuah nama tetapi kekuatan
imajiner yang kemudian melahirkan kesadaran politik maka Indonesia kala itu
telah menanjak dari sebuah konsep imajiner mengenai bangsa menjadi sebuah
realita kesadaran politik. Tentu pada hal yang sama ketika berbicara mengenai
asal usul nama Batu Lotong maka nama itu telah menjadi identitas yang kemudian
dapat dibaca sebaga identitas wilayah, masyarakat dan politik. Mengapa Batu
Lotong perlu dibaca sebagai identitas wilayah ? selanjutnya penamaan tentu
sangat penting untuk memetakan antara wilayah yang satu dengan lainnya, mungkin
hal ini diperlukan untuk membangkitkan rasa persaudaraan. Pada level masyarakat
sangat berpengaruh untuk menunjuk sebuah identitas asal usul suatu masyarakat
dan tentu ini telah menjadi tradisi dalam Bugis-Makassar menyebut seseorang
dengan penamaan seperti Baco to Batu Lotong yang berarti Baca yang berasal dari
Batu Lotong maka ini menjadi petanda untuk membedakan antara Baco yang lainnya.
Dalam ranah politik tentu hal ini sangat penting dan
berpengaruh sebab adanya identitas nama menunjukan tempat yang tentu secara
politik sangat dibutuhkan, sebab nama atau identitas dalam politik sangat
berguna untuk mempertegas suatu wilayah. Sebab nama sangat mempengaruhi emosi
secara politik yang bisa membangkitkan kesadaran akan sebuah identitas, makanya
nama wilayah sangat berpengaruh dalam membangun persepsi masyarakat.
Penamaan Batu Lotong memang sangat unik sebab dalam
bahasa Bugis yang berarti Batu Hitam, tentu aspek sejarah penamaan Batu Lotong
begitu menarik untuk dicermati pertama letak Batu Lotong yang begitu strategis
sebab diapit oleh sungai dan gunung sehingga secara geopolitik sangat menarik
serta ada sebuah penyataan bahwa peradaban besar lahir dari aliran air (sungai
dan laut) hal ini sangat dipahami sebab manusia memiliki ketergatungan pada air
sebagai sumber kehidupan. Batu Lotong yang menurut cerita yang secara turun
temurun di kisahkan bahwa penamaan ini didasari pada kondisi batu yang berada
pada aliran sungai memiliki warna hitam sehingga disebutlah dengan nama Batu
Lotong, maka semenjak itu nama Batu Lotong telah melekat sebagai sebuah unsur
identitas suatu wilayah.
Pada perkembangan selanjutnya Batu Lotong lambat laun
mengalami perkembangan secara kebudayaan, hal ini dilandasi akan adanya cerita
mengenai pertarungan antara buaya dan ular yang kemudian dimenangkan oleh
buaya. Karena ular yang kalah hanyut terurai di aliran sungai maka dalam bahasa
Bugis disebut dengan istilah mallambe-lambe, ada unsur cerita yang menempatkan
superioritas unsur air terhadap unsur darat yang keduanya dilambangkan buaya
dan ular. Telah mengilhami lahirkan beberapa kebudayaan dalam kehidupan masyarakat
Batu Lotong yang memiliki asumsi bahwa penunggu sungai Batu Lotong adalah buaya
manusia dalam artian buaya yang terlahir dari rahim manusia, kemudian buaya
manusia itu di tempatkan pada sungai Batu Lotong nama buaya manusia tersebut
sering disebut dengan nama Puang Kunyi.
Secara logis kemudian cerita buaya manusia ini sebagai
penunggu memiliki beberapa implikasi diantaranya bahwa buaya sebagai simbol
penguasa air telah mengalami reduksi bahwa penunggunya adalah buaya manusia
artinya bahwa cerita ini mempertegas legitimasi hasrat kuasa manusia yang telah
melakukan ekspansi bukan hanya pada dunia pertarungan manusia dengan manusia
tetapi manusia dengan binatang yang pada hakikatnya mempertegas manusia sebagai
simbol kemenangan atas segala pertarungan. Kemudian secara beruntun
berimplikasi melahirkan suatu budaya yang namanya marimpa salo atau menghulu
sungai dengan menggunakan daun kelapa yang telah diikat memanjang menutupu
lebar sungai, tradisi ini dilakukan pasca panen padi hal ini berarti ungkapan rasa
syukur.
Mengapa budaya marimpa salo ini diadakan di sungai ?
pertama simbol air sebagai sumber kehidupan sebab tanpa air yang cukup padi tak
mungkin subur, sehingga panen akan menjadi gagal. Ke dua untuk mempertegas
kemenangan manusia terhadap unsur air, sebab salama ini buaya yang sangat
ditakuti sebagai pemangsa yang mematikan tapi kini manusia malah begitu berani
menantang dan hal ini mempertegas superioritas manusia terhadap berbagai sumber
kehidupan. Ke tiga bahwa untuk menikmati nasi maka diperlukanlah lauk dan tentu
sungai memiliki sumber ikan yang begitu melimpah untuk dinikmati manusia.
Jadi, penamaan Batu Lotong telah menjadi suatu petanda
mengenai lahirnya kebudayaan, secara letak geografis memang begitu mendukung
untuk melahirkan budaya sebab secara alamia tentu ini begitu membantu manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Kemudian lambat laun manusia mulai belajar
bagaimana menata alam yang ada dan hal tersebut dapat dipahami bahwa manusia
yang telah mengalami keterlampauan secara materil tentu mencari ranah yang lain
untuk dikembangkan. Kondisi darat juga membantu menyuburkan tradisi yang ada di
Batu Lotong sehingga lahirlah budaya mappabettaeng nyarang dipinggiran sungai
di Batu Lotong segaligus menandakan kemenangan manusia dan segaligus legitimasi
kemenangan manusia. sehingga nama begitu mempengaruhi dalam melahirkan budaya
tentu hal tersebut tak terlepas dari konteks geografis suatu wilayah dan
membuat suatu kebudayaan berkembang sebagai ungkapan ekspresi hasrat kuasa
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar