Jumat, 27 November 2015

Mahasiswa Harus Mengakhiri Demo atau Demo yang akan Mengakhiri Mahasiswa

Mahasiswa Harus Mengakhiri Demo atau Demo yang akan Mengahiri Mahasiswa
            Aksi demo yang di lancarkan mahasiswa sebagai buntut dari kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM yang oleh banyak kalangan di nilai terlalu memberatkan bagi masyarakat kecil, sehingga mahasiswa harus turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat lalu pertanyaannya apa guna anggota DPR dipilih kalau tak bisa menyuarakan aspirasi rakyat atau segaligus kritikan balik kepada mahasiswa apakah yang dilakukannya itu tidak mengambil wewenang anggota DPR ?, lalu masih pantaskah mahasiswa berteriak tegakkan keadilan kalau dia sendiri telah melanggar nilai keadilan dengan menyerobot kewenangan anggota DPR yang sah sebagai pemegang mandat perwakilan rakyat untuk menjalankan tugas menyampaikan aspirasi.
            Melihat dari realita demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan telah mencapai puncak klimaks dengan adanya berbagai macam peristiwa anarkisme yang ikut menyertai aksi demonstrasi, yang telah dibangga-banggakan oleh mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi rakyat yang sangat mulia tetapi kemuliaannya tercoreng dengan prilaku mahasiswa yang brutal dan anarkisme, lalu masih pantaskah aksi mahasiswa disebut sebagai bentuk aspirasi rakyat, kalau rakyat sendiri menderita dengan adanya aksi demo yang membuat tukang becak gagal, tukang ojeng, sopir pt-pt, dan tukang bentor gagal beroprasi karena adanya aksi mahasiswa, sehingga teriakan mahasiswa sebagai pembawa aspirasi rakyat kecil perlu dipertanyakan ulang. Kalau orang-orang yang dibawakan aspirasinya sendiri menderita dan bahkan dengan aksi itu mereka harus berkurang penghasilannya maka dimana lagi makna teriakan itu ?. sebab harga BBM sudah pasti naik walaupun mahasiswa harus menutup jalan hingga lumpu total tak akan mempengaruhi keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
            Apakah substansi demo itu harus anarkis atau kalau tidak anarkis bukan demo namanya ?, pertanyaan ini seolah menggelitik sama seperti ujian nasional dengan kunci jawaban sehingga telah menjadi adat istiadat apabila ujian nasional maka pasti ada kunci jawaban sehingga kalau tidak ada kunci jawaban maka bukan ujian nasional namanya, dengan keadaan seperti ini sebetulnya substansi demo telah melenceng jauh dari nilai-nilai demo yang etis bukankah akan jauh lebih elok apabila orang yang menyampaikan aspirasi itu dengan kata-kata santun tanpa ada yang harus melukai satu sama lain. Secara psikologi apabila kita menyampaikan sesuatu atau pesan kepada seseorang dengan suara lembut ataupun dengan etika maka pasti pesan itu disambut dengan tangan terbuka, tetapi coba anda menyampaikan pesan kepada seseorang dengan teriak-teriak apalagi dengan brutal dan anarkis sudah pasti orang yang mendengarkan anda menyampaikan pesan melakukan tindakan diluar batas kewajaran sebab anda sendiri yang meminta hal tersebut. Mungkin wajar pemerintah sebagai penerimah pesan dari rakyat melalui mahasiswa merasa tersinggung sehingga mengerahkan petugas untuk menghalau tindakan-tindakan yang anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa, apalagi kalau mahasiswa sendiri menggunakan busur dan mengenai pihak keamanan yang sebetulnya mengatur keamanan serta ketertiban supaya mahasiswa menyampaikan aspirasi menjadi teratur tanpa gangguan dari mobil ataupun motor yang lalu lalang.
            Substansi demo sebagai bentuk untuk menyampaikan aspirasi rakyat pada dasarnya sangatlah bijak apalagi yang menyampaikan itu adalah mahasiswa yang menjadi corong perubahan segaligus harapan bangsa kedepannya, tetapi yang menjadi ironi bagi kita semua adalah sudikah bangsa ini meletakkan harapannya kedepan di pundak para mahasiswa kalau tindakannya hari ini tak mencerminkan nilai-nilai moral, mahasiswa tidak lagi menjadi harapan pembawa perubahan tetapi telah menjadi pembawa masalah sosial di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Harapan kita kedepan mahasiswa harus menghentikan demo yang brutal apalagi yang berujung pada tindakan anarkisme, sebab yang terluka bukan siapa-siapa tetapi yang terluka adalah kita sendiri. Masihkah kita tega melihat pihak keamanan terluka karena demo, kritikan-kritikan terhadap demo mahasiswa sangat kita perlukan untuk membangun kedewasaan para mahasiswa melihat setiap masalah, sebab mahasiswa didik untuk memberikan solusi bukan malah menjadi pembawa polusi dengan membakar-bakar ban di jalan raya. Sekarang sudah saatnya mahasiswa menghentikan demo yang brutal sebab itu tidaklah mencerminkan mahasiswa agen of changeng, jangan sampai mahasiswa yang akan dirubah oleh keadaan sehingga mahasiswa hanya mengikuti keadaan bukan merubah keadaan. Ini segaligus menjadi kritikan terhadap slogan-slogan yang sangat dibesar-besarkan oleh mahasiswa sebagai agen of changeng, tetapi dia sendiri tak mencerminkan pembawa perubahan tetapi hanya menjadi penikmat status quo, kenapa bisa seperti itu ? kalau mahasiswa setuju dengan slogan agen of changeng maka sudah saatnya dia merubah gaya demonya yang brutal menjadi beretika.

            Demo-demo yang disuguhkan mahasiswa akhir-akhir ini memang telah mengilhami demo-demo tandingan yang serupa, segaligus meniru aksi mahasiswa yang brutal sekelompok warga juga turut terpancing dan emosi melihat tingkah mahasiswa yang seperti singa padang pasir yang menerkam siapa saja yang menghalangi jalannya tanpa memikirkan para pengguna jalan yang lain, sehingga warga pun melakukan demo tandingan untuk melawan aksi demo mahasiswa yang brutal maka warga pun melakukan serangan yang brutal kepada mahasiswa. Hal ini dilakukan oleh warga untuk menghentikan demo mahasiswa yang telah dinilai telah berada diluar kewajaran, sehingga dengan kejadian itu saya teringat sebuah pesan dari kampung bahwa apabila ada orang yang memusuhimu dan menyerangmu maka jurus pertama yang harus kau lakukan adalah gunakanlah jurus yang sama seperti saat dia menyerangmu. Jadi, kalau mahasiswa diserang dengan demo anarkis oleh warga maka itu pada dasarnya adalah senjata mahasiswa sendiri yang dipakai untuk menyerangnya kembali dan ini akan menjadi sebuah anekdot bagi mahasiswa bahwa mahasiswa harus mengakhiri demo atau demo yang akan mengakhiri mahasiswa, sebuah hal yang harus direnungkan bersama oleh mahasiswa jangan sampai dia menepuk air di dulang tetapi akhirnya mengenai muka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar