Jumat, 20 November 2015

MITOLOGI MALLAMBE-LAMBE

Mitologi  Mallambe-lambe
                Alam dan manusia menjadi suatu ikatan yang begitu menarik, sebab alam tanpa manusia ibarat rumah tanpa penghuni dan sebaliknya manusia tanpa alam bagai pengembara tanpa tujuan. Karena alam adalah rumah bagi manusia, sehingga ikatan dan rasa kebersamaan begitu kuat. Kira-kira seperti itulah yang kemudian membentuk alam pemikiran manusia yang senantiasa bersama alam dan melahirkan banyak cerita-cerita mitologi yang menjadi saksi kebersamaan yang begitu erat antara alam dan manusia. sebab kebijaksanaan manusia banyak belajar dari ikatan dan interaksi dengan alam.
                Berbicara mengenai mitologi mallambe-lambe maka kita akan berbicara mengenai sebuah mitos yang akan memberikan gambaran tentang tatanan kehidupan sosial dan budaya orang batu lotong yang memegang prinsip dan nilai yang secara turun-temurun dianut atau bahkan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mitos ini secara sederhana menggambarkan dualisme kehidupan yang dianut oleh masyarakat yakni kehidupan di darat yang di simbolkan dengan ular dan kehidupan di air yang di simbolkan dengan buaya, kedua-duanya tak pernah bersatu dan saling memperebutkan kuasa diantaranya.
                Akhirnya untuk menjembati kedua perkara ini maka kedua penguasa darat dan air ini kemudian bersepakat membagi kekuasaannya yakni si ular yang berkuasa penuh di darat dan si buaya berkuas penuh di air, apabila ada mangsa si ular masuk di daerah kekuasaan si buaya maka yang berhak atas mangsa tersebut adalah si buaya begitu pula sebaliknya. Kemudian kesepakatan yang dibangun bahwa wilayah teritorial si ular mulai dari daratan hingga pinggiran sungai tetapi apabila ada pohon yang lebih menjolok atau berada diatas permukaan sungai maka itu menjadi wilayah kekuasaan si buaya, begitu pula apabila ada pohon yang tumbuh di pinggiran sungai tetapi menjolok atau berada di diatas daratan itu menjadi wilayah sah si ular.
                Kesepakatan ini menjadi pedoman kehidupan kedua penguasa tersebut tetapi yang menjadi masalah adalah sering kali mangsa yang di kejar si ular lari dan menyelamatkan diri ke air, akibatnya si ular merasa dari perjanjian ini dialah yang paling dirugikan, sebab mangsa si buaya tak ada yang pernah masuk ke wilayahnya sebab itu dia sangat merasa pihak yang paling banyak dirugikan. Apalagi musim kemarau membuatnya makin kesulitan mencari mangsa dan satu-satunya kesempatan yang dimilikinya ialah mencoba memasuki wilayah teritorial si buaya dengan memangsa burung-burung yang berada pada pohon yang menjolok ke sungai, walau si ular sadari ini akan menimbulkan bencana diantara keduanya sebab dalam perjanjian tersebut apa yang dilakukannya akan melanggar perjanjian tetapi masalahnya bangsa ular mulai kelaparan, tak ada jalan lain selain jalan tersebut yang harus diambil. Apa yang terpikir oleh si ular juga terpikir oleh si buaya sebab bencana kemarau bukan hanya merugikan penguas darat tetapi penguasa air pun ikut kena imbasnya, sehingga mau tidak mau kedua-duanya sama-sama berpikir untuk melanggar batas teritorial masing-masing.

                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar