Mitologi Mallambe-lambe
Alam
dan manusia menjadi suatu ikatan yang begitu menarik, sebab alam tanpa manusia
ibarat rumah tanpa penghuni dan sebaliknya manusia tanpa alam bagai pengembara
tanpa tujuan. Karena alam adalah rumah bagi manusia, sehingga ikatan dan rasa
kebersamaan begitu kuat. Kira-kira seperti itulah yang kemudian membentuk alam
pemikiran manusia yang senantiasa bersama alam dan melahirkan banyak
cerita-cerita mitologi yang menjadi saksi kebersamaan yang begitu erat antara
alam dan manusia. sebab kebijaksanaan manusia banyak belajar dari ikatan dan
interaksi dengan alam.
Berbicara
mengenai mitologi mallambe-lambe maka kita akan berbicara mengenai sebuah mitos
yang akan memberikan gambaran tentang tatanan kehidupan sosial dan budaya orang
batu lotong yang memegang prinsip dan nilai yang secara turun-temurun dianut
atau bahkan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mitos ini secara sederhana
menggambarkan dualisme kehidupan yang dianut oleh masyarakat yakni kehidupan di
darat yang di simbolkan dengan ular dan kehidupan di air yang di simbolkan
dengan buaya, kedua-duanya tak pernah bersatu dan saling memperebutkan kuasa
diantaranya.
Akhirnya
untuk menjembati kedua perkara ini maka kedua penguasa darat dan air ini
kemudian bersepakat membagi kekuasaannya yakni si ular yang berkuasa penuh di
darat dan si buaya berkuas penuh di air, apabila ada mangsa si ular masuk di
daerah kekuasaan si buaya maka yang berhak atas mangsa tersebut adalah si buaya
begitu pula sebaliknya. Kemudian kesepakatan yang dibangun bahwa wilayah
teritorial si ular mulai dari daratan hingga pinggiran sungai tetapi apabila
ada pohon yang lebih menjolok atau berada diatas permukaan sungai maka itu
menjadi wilayah kekuasaan si buaya, begitu pula apabila ada pohon yang tumbuh
di pinggiran sungai tetapi menjolok atau berada di diatas daratan itu menjadi
wilayah sah si ular.
Kesepakatan
ini menjadi pedoman kehidupan kedua penguasa tersebut tetapi yang menjadi
masalah adalah sering kali mangsa yang di kejar si ular lari dan menyelamatkan
diri ke air, akibatnya si ular merasa dari perjanjian ini dialah yang paling
dirugikan, sebab mangsa si buaya tak ada yang pernah masuk ke wilayahnya sebab
itu dia sangat merasa pihak yang paling banyak dirugikan. Apalagi musim kemarau
membuatnya makin kesulitan mencari mangsa dan satu-satunya kesempatan yang
dimilikinya ialah mencoba memasuki wilayah teritorial si buaya dengan memangsa
burung-burung yang berada pada pohon yang menjolok ke sungai, walau si ular
sadari ini akan menimbulkan bencana diantara keduanya sebab dalam perjanjian
tersebut apa yang dilakukannya akan melanggar perjanjian tetapi masalahnya
bangsa ular mulai kelaparan, tak ada jalan lain selain jalan tersebut yang
harus diambil. Apa yang terpikir oleh si ular juga terpikir oleh si buaya sebab
bencana kemarau bukan hanya merugikan penguas darat tetapi penguasa air pun
ikut kena imbasnya, sehingga mau tidak mau kedua-duanya sama-sama berpikir
untuk melanggar batas teritorial masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar