FILOSOFI SEBUAH
BUDAYA DALAM KEDIKDAYAAN ERA DEMOKRASI
Sebuah budaya dalam tatanan hidup
bermasyarakat adalah penanaman atau pendidikan velue (nilai) yang menjadi ciri
sebuah kearifan lokal yang menumbuhkan sebuah prinsip dalam melakoni sebuah kehidupan,
inilah yang menjadi tanda bahwa ia dibesarkan dilingkungan dengan sebuah
budaya, ini berlaku diseluruh tatanan kehidupan, baik timur maupun barat juga
menganut budaya yang menandakan asalnya.
Begitu pentingnya yang namanya
budaya, jika kita melihat pada daerah kita sulawesi selatan yang mewarnai dan
memainkan peran sentral budaya dapat kita melirik akan kayanya budaya
BUGIS-MAKASSAR, itu misalnya siri na pacce memberikan sebuah suntikan motivasi
yang mampu hadir dalam multidimensi,bisa tetap memberikan sebuah wibawah akan
keadaan yang multiprobem. Saat ini jika kita membawa budaya ke ranah demokrasi
seharusnya yang hadir bukan sikap frontal karena sikap yang tak mau menerima
kekalahan,seperti yang terjadi di PALOPO,seharusnya wibawah siri na pacce hadir
sebagai sebuah suntikan moral, apakah kita tidak malu kalau kita memeraingi
saudara kita sendiri yang nota bene adalah keluarga kita sendiri.
Kita orang SUL-SEL mengusung
sebuah budaya yang tidak kaku tapi sebaliknya budaya kita mampu memberikan
solusi,tapi kenapa sikap kita yang hadir seolah-olah menunjukkan sikap amoral
yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya,baru-baru ini kita melihat aksi
saudara-saudara kita yang mahasiswa kembali membakar ban di tengah-tengah kepadatan
kendaraan,seharusnya kita memegang prinsip sipakainge,bagaimana kita
mengingatkan pemerintah supaya dapat memberi solusi dalam menghadapi defisit
anggaran dan mahasiswa dapat hadir merangkul masyarakat bagaimana mempersamakan
persfektif dengan pemerintah supaya memberikan sebuah solusi,inilah yang kita
tunggu tunggu peran yang hadir dalam segmen kehidupan dimana budaya memberikan
sebuah solusi.
Sebaliknya diranah demokrasi
seharunya budaya hadir lebih dari sekedar pemahan prinsip yang mampu hadir
sebagai perekat sipakelebbi yang menghargai lawan politik sebagai teman yang
harus saling menghormati,kita biasa melihat slogan para calon baik itu caleg,pilgub,ataupun
pilbup/pilwakot menyuarakan sipakatau,sipakalebbi,dan sipakainge tapi ketika
genta demokrasi itu usai dimana slogan itu? kita sering mendengar bahkan
melihat banyaknya hal-hal yang menampakkan sikap kekecewaan dengan pelampiasaan
dengan tindakan pengerusakan,muncul pertanyaan masihkah kita menjadi masyarakat
yang berbudaya ?.Jangan sampai budaya kita menjadi budaya pungguk yang
merindukan bulan,tentu peran dari semua elemen masyarakat harus berpadu
membangun sebuah kesadaran sikap yang berbudaya bukan menjadi saling curiga
antar sesama apalagi kalau itu cuman perbedaan politik membuat kita menjadi tak
bersikap sipakalebbi lagi.Tentu kehadiran sikap seperti ini harus dibangun
mulai dari pra sekolah disini peran keluarga amatlah penting,lalu ketika
dilepas dimasyarakat ia sudah mampu menyaring yang mana sebuah sikap yang
sesuai budaya kita tentunya yang baik,kemudian ketika masuk ke dunia sekolah
hingga kampus budaya itu sudah menjadi bagain dari kehidupan kita.Budaya dan
Demokrasi bukanlah sebuah ketimpangan sudut pandang tapi lebih dari sekedar
pewarnaan sikap yang membudaya yang mampu memberikan sebuah sikap yang
menjunjung tinggi filosofi sebuah budaya.Kehadiran budaya dalam demokrasi
adalah sebuah softward yang paling cerdas dengan produk moral sebagai anti
virusnya hingga tak memberikan ruang sebuah ruang untuk bertikai,keshahihan
konsep budaya adalah bagaimana sikap itu mencerminkan budaya itu sebagai payung
kehidupan.
Kita tentu sering mendengar
pernyataan bahwa demokrasi hanya sebuah pertarungan untuk mencapai jabatan maka
selayaknyalah kita menjadi hal tersebut semakin bermakna sehingga menjadikan
demokrasi yang kita anut di negeri ini menjadi berkualitas.Tentulah hal ini
mampu memberikan kita sebuah sokongan untuk membangun sebuah kehidupan yang
berkebudayaan,budaya adalah sebuah keselurunhan produk rasa yang menimbulkan
kebiasaan tentu hal ini akan membawah dampak berarti bila adanya sebuah
penanaman akan nilai pada generasi muda supaya budaya itu mampu ditularkan
sebagai langkah cerdas untuk membangun masyarakat yang bermoral,kehancuran
sebuah masyarakat itu ditentukan oleh bagaimana kelanjutan sebuah budaya mampu
memberikan nilai dan cara pandang dalam bersikap.
Bila ingin melihat budaya maka
lihat kelakuan manusianya hari ini,kalau kita ingin melihat budaya kita orang
sulawesi selatan sekarang maka lihat kelakuan manusiaanya sekarang,kalau kita
melihat sekarang budaya seolah digiring kejurang yang terpisah dari kelakuan
manusia,seharusnya kita menjadikan budaya bagian dari sikap dan kelakuan kita
sebagai manusia yang mengusung budaya,tentu kita tak menginginkan budaya hanya
menjadi slogan tapi kita menginginkan budaya sebagai sesuatu yang bisa menambah
dan warnah sebuah kehidupan bermasyarakat dan beregara yang mengusung
demokrasi,sebagai sebuah pemersatu yang fundamental seharusnyalah budaya kembali
hadir dalam wujud mengaplikasikan sipakatau,sipakalebbi,dan sipakainge menjadi
sebuah value dengan menjadi sebuah perhelatan pesta demokrasi lebih berbobot
dan bermakna bukan menjadikan kita menjadi peserta demokrasi yang saling
menghujat,saling serang menyindir,dan saling menjatuhkan kita menantikan sebuah
alam demokrasi yang hadir dengan warnah dan corak yang sarat akan nilai-nilai budaya,tentu kita
tentu tak ingin menodai demokrasi hanya karena persaingan sesaat dan melupakan
akan nilai-nilai budaya apalagi sebagai orang BUGIS-MAKASSAR.Tentu kita masih
berharap kepada segenap elemen masyarakat supaya menjadikan budaya sebagai pola
pikir dalam membangun kematangan dalam berdemokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar