Senin, 09 November 2015

FILOSOFI SEBUAH BUDAYA DALAM KEDIKDAYAAN ERA DEMOKRASI


FILOSOFI SEBUAH BUDAYA DALAM KEDIKDAYAAN ERA DEMOKRASI
     Sebuah budaya dalam tatanan hidup bermasyarakat adalah penanaman atau pendidikan velue (nilai) yang menjadi ciri sebuah kearifan lokal yang menumbuhkan sebuah prinsip dalam melakoni sebuah kehidupan, inilah yang menjadi tanda bahwa ia dibesarkan dilingkungan dengan sebuah budaya, ini berlaku diseluruh tatanan kehidupan, baik timur maupun barat juga menganut budaya yang menandakan asalnya.
            Begitu pentingnya yang namanya budaya, jika kita melihat pada daerah kita sulawesi selatan yang mewarnai dan memainkan peran sentral budaya dapat kita melirik akan kayanya budaya BUGIS-MAKASSAR, itu misalnya siri na pacce memberikan sebuah suntikan motivasi yang mampu hadir dalam multidimensi,bisa tetap memberikan sebuah wibawah akan keadaan yang multiprobem. Saat ini jika kita membawa budaya ke ranah demokrasi seharusnya yang hadir bukan sikap frontal karena sikap yang tak mau menerima kekalahan,seperti yang terjadi di PALOPO,seharusnya wibawah siri na pacce hadir sebagai sebuah suntikan moral, apakah kita tidak malu kalau kita memeraingi saudara kita sendiri yang nota bene adalah keluarga kita sendiri.
                  Kita orang SUL-SEL mengusung sebuah budaya yang tidak kaku tapi sebaliknya budaya kita mampu memberikan solusi,tapi kenapa sikap kita yang hadir seolah-olah menunjukkan sikap amoral yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya,baru-baru ini kita melihat aksi saudara-saudara kita yang mahasiswa kembali membakar ban di tengah-tengah kepadatan kendaraan,seharusnya kita memegang prinsip sipakainge,bagaimana kita mengingatkan pemerintah supaya dapat memberi solusi dalam menghadapi defisit anggaran dan mahasiswa dapat hadir merangkul masyarakat bagaimana mempersamakan persfektif dengan pemerintah supaya memberikan sebuah solusi,inilah yang kita tunggu tunggu peran yang hadir dalam segmen kehidupan dimana budaya memberikan sebuah solusi.
               Sebaliknya diranah demokrasi seharunya budaya hadir lebih dari sekedar pemahan prinsip yang mampu hadir sebagai perekat sipakelebbi yang menghargai lawan politik sebagai teman yang harus saling menghormati,kita biasa melihat slogan para calon baik itu caleg,pilgub,ataupun pilbup/pilwakot menyuarakan sipakatau,sipakalebbi,dan sipakainge tapi ketika genta demokrasi itu usai dimana slogan itu? kita sering mendengar bahkan melihat banyaknya hal-hal yang menampakkan sikap kekecewaan dengan pelampiasaan dengan tindakan pengerusakan,muncul pertanyaan masihkah kita menjadi masyarakat yang berbudaya ?.Jangan sampai budaya kita menjadi budaya pungguk yang merindukan bulan,tentu peran dari semua elemen masyarakat harus berpadu membangun sebuah kesadaran sikap yang berbudaya bukan menjadi saling curiga antar sesama apalagi kalau itu cuman perbedaan politik membuat kita menjadi tak bersikap sipakalebbi lagi.Tentu kehadiran sikap seperti ini harus dibangun mulai dari pra sekolah disini peran keluarga amatlah penting,lalu ketika dilepas dimasyarakat ia sudah mampu menyaring yang mana sebuah sikap yang sesuai budaya kita tentunya yang baik,kemudian ketika masuk ke dunia sekolah hingga kampus budaya itu sudah menjadi bagain dari kehidupan kita.Budaya dan Demokrasi bukanlah sebuah ketimpangan sudut pandang tapi lebih dari sekedar pewarnaan sikap yang membudaya yang mampu memberikan sebuah sikap yang menjunjung tinggi filosofi sebuah budaya.Kehadiran budaya dalam demokrasi adalah sebuah softward yang paling cerdas dengan produk moral sebagai anti virusnya hingga tak memberikan ruang sebuah ruang untuk bertikai,keshahihan konsep budaya adalah bagaimana sikap itu mencerminkan budaya itu sebagai payung kehidupan.
                 Kita tentu sering mendengar pernyataan bahwa demokrasi hanya sebuah pertarungan untuk mencapai jabatan maka selayaknyalah kita menjadi hal tersebut semakin bermakna sehingga menjadikan demokrasi yang kita anut di negeri ini menjadi berkualitas.Tentulah hal ini mampu memberikan kita sebuah sokongan untuk membangun sebuah kehidupan yang berkebudayaan,budaya adalah sebuah keselurunhan produk rasa yang menimbulkan kebiasaan tentu hal ini akan membawah dampak berarti bila adanya sebuah penanaman akan nilai pada generasi muda supaya budaya itu mampu ditularkan sebagai langkah cerdas untuk membangun masyarakat yang bermoral,kehancuran sebuah masyarakat itu ditentukan oleh bagaimana kelanjutan sebuah budaya mampu memberikan nilai dan cara pandang dalam bersikap.
             Bila ingin melihat budaya maka lihat kelakuan manusianya hari ini,kalau kita ingin melihat budaya kita orang sulawesi selatan sekarang maka lihat kelakuan manusiaanya sekarang,kalau kita melihat sekarang budaya seolah digiring kejurang yang terpisah dari kelakuan manusia,seharusnya kita menjadikan budaya bagian dari sikap dan kelakuan kita sebagai manusia yang mengusung budaya,tentu kita tak menginginkan budaya hanya menjadi slogan tapi kita menginginkan budaya sebagai sesuatu yang bisa menambah dan warnah sebuah kehidupan bermasyarakat dan beregara yang mengusung demokrasi,sebagai sebuah pemersatu yang fundamental seharusnyalah budaya kembali hadir dalam wujud mengaplikasikan sipakatau,sipakalebbi,dan sipakainge menjadi sebuah value dengan menjadi sebuah perhelatan pesta demokrasi lebih berbobot dan bermakna bukan menjadikan kita menjadi peserta demokrasi yang saling menghujat,saling serang menyindir,dan saling menjatuhkan kita menantikan sebuah alam demokrasi yang hadir dengan warnah dan corak  yang sarat akan nilai-nilai budaya,tentu kita tentu tak ingin menodai demokrasi hanya karena persaingan sesaat dan melupakan akan nilai-nilai budaya apalagi sebagai orang BUGIS-MAKASSAR.Tentu kita masih berharap kepada segenap elemen masyarakat supaya menjadikan budaya sebagai pola pikir dalam membangun kematangan dalam berdemokrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar